Rabu, 16 Juni 2010

Analisis Lapis Norma Puisi “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo” karya W.S. RENDRA

SELAMAT DATANG

Analisis Lapis Norma Puisi
“Balada Terbunuhnya Atmo Karpo”
karya W.S. RENDRA

Analisis lapis norma terdiri dari :
a. Analisis Lapis Bunyi
Analisis lapis bunyi digunakan untuk memberikan kesan yang estetik dari suatu puisi. Sehingga dalam sebuah puisi biasanya akan dipilih kata-kata yang menurut pengarang mengandung kesan yang estetik. Pemilihan diksi yang estetik bisa kita lihat juga dalam puisi “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo”. Pemilihan diksi yang estetik dilakukan untuk memberikan pembaca sedikit pemahaman juga untuk mempermudah pemaknaan dari suatu karya oleh pembaca. Pemilihan diksi yang tepat juga agar bisa menggambarkan kondisi yang ingin dipaparkan oleh pengarang untuk memberikan deskripsi makna dibalik karya tersebut. Begitu juga dalam puisi diatas ada beberapa diksi yang digunakan untuk melukiskan kondisi yang terjadi dalam puisi tersebut. Misalnya kata darah, mati, dan nyawa memberikan kesan pada pembaca bahwa kata-kata tersebut melukiskan kondisi perkelahian.
Dalam suatu puisi, adanya aliterasi dan asonasi juga akan menimbulkan kesan yang estetik. Aliterasi yang ada dalam puisi di atas adalah adanya aliterasi n, h, m, s, ng. hal ini dapat dilihat ada bait di bawah ini

Anak panah empat arah dan masuk tiga silang

Sedangkan asonasinya yang terdapat dalam puisi tersebut adalah asonasi a dan u yaitu terdapat pada bait

Satu demi satu yang maju tersadap darahnya

Sebenarnya dengan adanya asonasi dan aliterasi pada puisi tersebut adalah untuk memperjelas kondisi yang terjadi dengan penggunaan diksi yang tepat agar pemaknaan pembaca atas puisi tersebut lebih mudah.

b. Analisis Lapis Arti
Pada puisi Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo d iatas menceritakan tentang peristiwa terbunuhnya Atmo Karpo sang perampok yang sangat perkasa. Atmo Karpo mati ditangan anaknya sendiri yaitu Joko Pandan. Pada bait pertama dan kedua

Dengan kuku-kuku besi kuda menembah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan
Dalam satu pusaran pulang balik. Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina yang nasibnya malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri.
Dari dua bait di atas pengarang mengambarkan bagaimana posisi Atmo Karpo saat itu. Atmo Karpo sepertinya sedang terdesak karena kejaran dari para penduduk. Namun karena waktu itu bulan sedang terang yang digambarkan dengan “Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para” Atmo Karpo pun akhirnya harus menghadapi warga yang telah mengepungnya “Segenap warga desa mengepung hutan”, . karena merasa telah terkepung Atmo Karpo yang telah siap dengan senjatanya “jenawi pun telanjang” akhirnya muncul menghadapi warga.
Meskipun warga desa telah mengepungnya Atmo Karpo tetap dengan sombongnya menghina warga desa “Nyawamu barang pasar, hai orang bebal. Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh papa” sehingga membuat warga semakin marah. Karena merasa panas mendengar kata-kata Atmo Karpo para warga pun menyerang Atmo Karpo dari segala penjuru. Serangan dari warga tak dapat dihalaunya tapi ia tetap berusaha bertahan dan menantang anaknya sendiri Joko Pandan untuk bertarung. Ini terlihat dari bait-bait berikut.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo masih tegak, luka tujuh liang

--Joko Pandan di mana ia!
hanya padanya seorang kukandung dosa,

Bedah perutnya tapi masih setan ia
menggertak kuda, ditiap ayun menungging kepala

--Joko Pandan di mana ia!
hanya padanya seorang kukandung dosa,
Karena mendengar tantangan dari ayahnya Joko Pandan akhirnya keluar dan bertarung dengan ayahnya Atmo Karpo. Joko Pandan tak peduli walaupun itu adalah ayah kandungnya sendiri. Mereka terus saja bertarung. Pada awal pertarungan mereka sama-sama kuat tetapi pada langkah ketiga Atmo Karpo pun mati di tangan anaknya sendiri. Ini terlihat pada bait
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba

Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga robohlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka

c. Analisis Lapis Objek
Lapis objek yang dianalisis pada puisi tersebut antara lain adalah objek latar dan suasana yang ada dalam puisi tersebut.
Latar tempat yang terdapat dalam puisi tersebut adalah di dalam hutan pada malam hari. Pengarang memperjelas latar tersebut pada bait di bawah ini sehingga jelas bahwa latar dalam puisi tersebut adalah di dalam sebuah hutan pada malam hari.
Dengan kuku-kuku besi kuda menembah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan
Dalam satu pusaran pulang balik. Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina yang nasibnya malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri.
Sedangkan suasana yang digambarkan pengarang dalam puisi tersebut adalah suasana ketegangan yang terjadi antara Atmo Karpo, warga desa dan Joko Pandan karena adanya perkelahian, pengepungan dan penyerangan yang terjadi antara Atmo Karpo dengan Joko Pandan(berkelahi) serta antara Atmo Karpo dengan serang dari segala penjuru oleh warga desa. Ini terlihat pada bait di bawah ini
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo masih tegak, luka tujuh liang

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba

Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga robohlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka
Dan ketegangan puncak terjadi saat pertarungan antara kedua ayah dan anak tersebut.
d. Analisis Lapis Dunia yang Implisit
Sesuai dengan analisisnya yaitu lapis dunia yang implisit berarti ada makna yang sengaja disimpan oleh pengarang dalam bait puisi tersebut. Ada makna yang tidak secara gamblang dilukiskan oleh pengarang dalam puisi tersebut. Di sini pembaca diberikan kesempatan untuk mencari sendiri makna yang implisit itu melalui bait-bait tersebut dengan membaca seluruh puisi tersebut. Sehingga pembaca akan mampu memahami makna yang tersimpan itu sesuai dengan interpretasi masing-masing pembaca. Di sini pembaca bebas menentukan sendiri makna implisit yang terkandung dalam suatu puisi. Termasuk juga dalam puisi di atas.
e. Analisis Lapis Metafisika
Dalam puisi ini, pengarang ingin memberikn pelajaran bagi kita semua. Bahwa sekuat apapun sesorang ketika menghadapi orang yang begitu banyak akan tetap membuat kita kalah. Selain itu lapis metafisika yang ingin disampaikan pengarang adalah bahwa dendam membuat seseorang melupakan dengan siapa mereka berhadapan atau bertarung. Hal tersebut terlihat dari sikap joko pandan yang tetap saja bertarung bahkan membunuh ayahnya sendiri hanya gara-gara dendam atas perbuatan ayahnya selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar